Tips Latihan Bicara pada Gangguan Berbahasa (Afasia) Pasca Stroke

Elderly woman happy to see her adult daughter in nursing home

Gangguan fungsi berbahasa atau afasia merupakan salah satu gejala pada stroke yang umum terjadi jika kerusakan melibatkan pusat bahasa di hemisfer dominan (otak kiri). Afasia terjadi pada 21-38% pasien yang mengalami stroke akut. Terdapat berbagai jenis afasia diantaranya yang sering didapatkan adalah afasia global yakni gangguan pada pemahaman dan kemampuan ekspresi bahasa (bicara), afasia motorik yakni gangguan dalam ekspresi bahasa (bicara) namun pemahaman masih baik, dan afasia sensorik yaitu gangguan pada pemahaman namun kemampuan bicara masih lancar, walaupun menjadi tidak sesuai konteks dan kadang kata/kalimat yang diucapkan tidak berarti. Masih ada beberapa jenis afasia lain seperti gangguan menulis, kesulitan memahami tulisan/membaca, kesulitan mengucapkan nama benda/kata, kesulitan mengulang/repetisi.

Gangguan berbahasa pada pasien stroke akut dapat bersifat sementara, namun pada beberapa pasien dapat menetap. Terdapat beberapa pilihan pengobatan yang saat ini tersedia untuk membantu pemulihan gangguan berbahasa pada pasien pasca stroke. Pilihan yang ada antara lain adalah rehabilitasi berupa terapi wicara, obat-obatan, dan stimulasi otak non-invasif. Artikel ini akan fokus terhadap latihan terapi wicara yang bisa dikakukan dirumah untuk penderita afasia.

Baca Juga : Kapan Sebaiknya Rehabilitasi Pasca Stroke Dimulai ?

Terapi wicara harus dimulai sesegera mungkin ketika pasien sudah cukup stabil, berdasarkan penelitian, hasil terbaik dapat dicapai apabila terapi dimulai dalam 28 hari sejak stroke, dilaksanakan selama 2-4 jam/minggu yang dibagi dalam 4-5 hari/sesi, total waktu terapi 20-50 jam, dan melakukan berbagai tugas latihan di rumah.

Berikut merupakan beberapa latihan berbicara yang bisa dilakukan di rumah:

1. Julurkan lidah keluar semaksimal mungkin selama 2 detik, lalu masukan kedalam, tahan 2 detik, kemudian ulangi

2. Buka mulut selebar mungkin, lalu gerakan lidah hingga menyentuh sudut kanan mulut, tahan selama 2 detik, lalu pindah ke sudut kiri mulut, tahan 2 detik, kemudian ulangi lagi

3. Buka mulut, julurkan lidah, kemudian arahkan lidah ke hidung, tahan 2 detik, lalu arahkan lidah ke dagu, tahan 2 detik, kemudian ulangi lagi

4. Tersenyum di depan cermin selama 2 detik, lalu ulangi, usahakan agar senyum simetris

5. Memonyongkan bibir (seperti hendak mencium), tahan selama 2 detik, relaksasi, lalu ulangi

6. Repetisi pemasangan konsonan dan vokal yang sulit diucapkan. Misalnya kedulitan mengucapkan huruf “r”, latih dengan terus mengulang “ra,ri,ru,re,ro”

7. Pada pasien yang sudah mulai bisa bicara, lakukan terapi membaca dengan suara yang lantang dan keras

8. Latihan memproses fonologi. Keluarga menyebutkan suatu kata, lalu minta pasien untuk menebak berapa suku kata pada kata tersebut. Kemudian diberikan umpan balik benar/salah, jika salah diperbaiki

9. Permainan kata seperti scrabble atau TTS

Baca Juga : Strategi Rehabilitasi pada Gangguan Menelan Pasca Stroke

Di luar jadwal latihan yang sudah ditentukan, dalam berkomunikasi sehari-hari dengan pasien afasia, keluarga juga dapat menerapkan beberapa hal di bawah ini:

  1. Saat berbicara, usahakan wajah kita menghadap lurus dengan pasien. Hal ini akan membantu pasien untuk melihat gerak bibir dan ekspresi wajah kita.
  2. Usahakan berbicara dengan perlahan, tenang, dengan intonasi suara yang normal.
  3. Gunakanlah kalimat yang pendek dan berikanlah tekanan pada kata-kata penting. Jika memungkinkan, gunakanlah ekspresi wajah gerakan tubuh dan irama suara sehingga pasien dapat memahami perkataan kita. Bila pasien tidak mengerti dengan perkataan kita, usahakan untuk mengucapkan dengan kalimat lain yang memiliki arti yang sama.
  4. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Jangan cemaskan bila pasien memberikan jawaban yang kurang jelas.
  5. Libatkan pasien dalam setiap percakapan di dalam keluarga.
  6. Ceritakan hal-hal yang lucu kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan senang karena tidak merasa sendirian.
  7. Ajak sesekali menonton televisi dan tanyakan pendapatnya mengenai acara film atau berita yang ditonton.

Terakhir diperbaharui : 11 November 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here