Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan yang terjadi pada rongga subaraknoid, yang merupakan area antara otak dan jaringan yang menutupi otak. Ruang subaraknoid merupakan tempat cairan serebrospinal otak bersirkulasi, dan bertanggung jawab untuk melindungi otak dari cedera dengan berfungsi sebagai bantalan.
Perdarahan pada rongga ini dapat akibat trauma kepala atau pecahnya aneurisma otak. Perdarahan subaraknoid jarang terjadi, tetapi sering menyebabkan koma, kelumpuhan, bahkan kematian dibandingkan perdarahan otak lainnya.
Perdarahan subaraknoid akibat pecahnya aneurisma otak merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan yang cepat dan serius. Bila penanganan terlambat diberikan dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi perdarahan subaraknoid akibat pecahnya aneurisma otak.
Baca juga : Mengenal Lebih Dekat Aneurisma Otak
Perdarahan Berulang Aneurisma Otak
Komplikasi awal dari perdarahan subaraknoid adalah pecahnya aneurisma otak yang bisa muncul kembali setelah fase penyembuhan sendiri, atau disebut dengan perdarahan ulang. Risiko kejadian ini sangat tinggi dan cenderung menyebabkan cacat permanen hingga kematian.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang, aneurisma otak harus ditutup dengan berbagai jenis operasi yang bisa dikerjakan. Pilihan terapi yang bisa dilakukan adalah pembedahan clipping aneurisma ataupun prosedur coiling aneurisma yang lebih minimal invasif
Pembengkakan Otak dan Hidrosefalus
Pendarahan dari perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan pembengkakan otak, yang dapat mengancam nyawa. Penting untuk dilakukan pemantauan tekanan otak bagi setiap pasien dengan gejala pembengkakan otak yang signifikan. Pengobatan dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan otak ini.
Perdarahan subaraknoid juga dapat menyebabkan menumpuknya cairan serebrospinal di dalam otak. Cairan ini terutama diproduksi pada bagian otak tengah yang disebut sebagai ventrikel. Perdarahan subaraknoid menyebabkan penyumbatan pada ventrikel yang menyebabkan hambatan pada sirkulasi cairan serebrospinal sehingga semakin lama ruangan ini akan semakin bertambah besar.
Perdarahan ini juga dapat mengganggu kemampuan otak untuk menyerap kembali cairan dengan normal. Hidrosefalus berbahaya jika tidak tertangani karena dapat menekan struktur-struktur otak normal di sekitarnya. Penangan untuk hidrosefalus adalah dengan mengeluarkan kelebihan cairan dengan operasi drainase ventrikel atau shunting.
Kejang
Pada perdarahan subaraknoid, pasien mungkin mengalami kejang karena tekanan otak yang dapat meningkat secara mendadak. Bisa juga terjadi akibat perdarahan yang mengiritasi sel-sel otak. Pasien yang telah mengalami kejang akan diberikan obat-obatan untuk mencegah terjadinya kejang berulang. Beberapa pasien juga mungkin memerlukan terapi kejang atau epilepsi jangka panjang.
Beberapa pasien memerlukan pemantauan kejang dengan electroencefalografi (EEG). EEG adalah tes yang menggunakan elektroda yang dipasang sementara ke kulit kepala yang menunjukkan kelainan pada aktivitas listrik otak.
Baca juga : Pentingnya Pemeriksaan Transcranial Doppler (TCD)
Vasospasme
Setelah aneurisma pecah, pembuluh darah otak mungkin akan mengecil akibat iritasi darah pada rongga subaraknoid dan proses peradangan. Kondisi ini disebut vasospasme. Jika vasospasme ini terjadi secara signifikan, pasien dapat mengalami defisit neurologis bahkan dapat mengalami stroke iskemik.
Vasospasme dapat terjadi sejak hari ke-3 hingga hari ke-21 setelah pecahnya aneurisma otak. Pemantauan neurologis yang ketat adalah kunci dalam memantau dan mencegah terjadinya vasospasme. Pemeriksaan lain menggunakan transcranial doppler (TCD) dapat digunakan untuk memantau vasospasme.
Pemberian obat oral nimodipine terbukti dapat mencegah terjadinya vasospasme. Menjaga hidrasi dan stabilitas tekanan darah adalah fundamental serta harus mendapatkan pengawasan yang ketat
Terakhir diperbaharui : 9 April 2021