Jenis-jenis Nyeri Pasca Stroke

Nyeri pasca stroke adalah kondisi yang umum terjadi. Beberapa penelitian epidemiologi melaporkan angka kejadian mencapai 10-45.8% dari total kasus. Namun akibat gangguan kognitif dan komunikasi dari pasien, kejadian ini sering diabaikan. Apabila dokter tidak aktif menanyakan keluhan, hal ini sering dirahasiakan oleh pasien.

Pengenalan dini nyeri pasca stroke sangat penting, karena prognosis akan lebih baik jika nyeri ditangani lebih awal dan agresif. Berikut ini adalah jenis-jenis nyeri pasca stroke yang sering terjadi.

Central Post-Stroke Pain (CPSP)

CPSP adalah jenis nyeri neuropatik saraf pusat yang terjadi setelah stroke. Keluhan pasien berupa nyeri tajam, tumpul, berdenyut-denyut, tertusuk, atau terbakar. Angka kejadian CPSP pada penderita stroke berkisar 1-12%, sering terjadi dalam jangka waktu 1-6 bulan setelah stroke.

Rasa sakit yang terjadi akibat peningkatan kepekaan terhadap rangsangan (hiperestesia), yang meliputi nyeri yang diinduksi oleh stimulasi yang seharusnya tidak nyeri (alodinia) dan peningkatan kepekaan terhadap rangsangan yang menyakitkan (hiperalgesia). CPSP biasanya muncul di bagian ujung tubuh, seperti kaki dan tangan.

Baca Juga : Mengenal Gangguan Menelan pada Penderita Stroke

Complex Regional Pain Syndrome (CRPS)

CRPS adalah kondisi nyeri kronis parah yang umumnya mempengaruhi anggota badan (tangan, lengan, kaki, atau kaki). Penyebabnya tidak dipahami dengan jelas, tetapi diyakini sebagai akibat kerusakan pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.

CRPS diklasifikasikan menjadi dua jenis. CRPS Tipe I jika tidak ada bukti kerusakan saraf pada anggota tubuh yang terkena, dan CRPS Tipe II jika terdapat lesi saraf yang berbeda. CRPS setelah stroke dikategorikan sebagai CRPS Tipe I.

Nyeri Bahu

Nyeri bahu adalah salah satu jenis nyeri nosiseptif yang paling umum setelah stroke, terjadi pada sekitar 75% pasien dengan stroke. Nyeri biasanya dimulai dalam waktu 3 minggu setelah stroke. Nyeri bahu sering terjadi pada pasien dengan defisit motorik berat atau spastisitas pada ekstremitas atas.

Meskipun sebagian besar kasus nyeri bahu setelah stroke sembuh dalam 6 bulan, sekitar 20% pasien mengeluh nyeri bahu yang persisten. Nyeri bahu diketahui menyebabkan pemulihan fungsional yang buruk.

Nyeri Terkait Spastisitas

Sekitar 65% dari semua pasien stroke mengalami spastisitas. Spastisitas ditandai dengan peningkatan tonus otot yang mengakibatkan kekakuan pada ekstremitas. Spastisitas tidak hanya mengganggu luaran fungsional dari pasien dengan stroke, tetapi juga terkait dengan nyeri terkait spastisitas.

Penelitan Wissel dkk tahun 2010 melaporkan hubungan yang kuat antara spastisitas pasca stroke dengan nyeri. Dalam penelitian tersebut 72% pasien dengan spastisitas mengalami nyeri, sedangkan hanya 1,5% pasien non-spastik mengalami nyeri. Oleh karena itu, manajemen spastisitas yang tepat penting untuk jenis nyeri ini.

Baca juga : Bagaimana Menangani Spastisitas Pasca Stroke

Nyeri Kepala Pasca Stroke

Sakit kepala sering terjadi di awal serangan stroke. Frekuensi sakit kepala yang dilaporkan pada tahap akut stroke berkisar antara 30-50%. Namun, sakit kepala persisten selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah stroke kurang dikenali dalam praktik. Prevalensinya telah dilaporkan sekitar 10% dari total pasien stroke.

Keparahan sakit kepala pasca stroke persisten digambarkan sebagai sedang sampai berat, dan mungkin lebih buruk daripada sakit kepala yang dialami pada fase akut. Jenis sakit kepala persisten pasca stroke yang paling umum adalah tipe tegang (50%), diikuti migrain (31%). Sakit kepala persisten pasca stroke dikaitkan dengan depresi dan kecemasan pada pasien stroke.

Terakhir diperbaharui : 9 Februari 2022

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here