Apakah Mandi Air Dingin Pada Malam Hari Meningkatkan Risiko Stroke?

Beberapa waktu lalu ada beredar informasi di media sosial yang menyarankan untuk menghindari mandi dengan air dingin di malam hari karena berisiko terkena stroke. Hal ini menarik perhatian karena bagi penduduk di negara tropis seperti Indonesia, mandi setidaknya 2 kali sehari sudah merupakan kebiasaan yang menjelma menjadi suatu kebutuhan, mengingat cuaca yang panas dan kepenatan pasca beraktivitas seharian di luar rumah. Ditambah lagi mayoritas masyarakat sepulang bekerja pada malam hari dan tidak banyak yang memiliki akses mandi air hangat. Sehingga mandi malam dengan air dingin merupakan suatu hal yang rutin dilakukan selama bertahun-tahun.

Informasi selanjutnya yang juga disampaikan adalah ketika mandi disarankan untuk tidak membasahi kepala terlebih dulu dengan air dingin karena berpotensi menyebabkan stroke. Mekanisme yang digunakan untuk menjelaskan hal tersebut adalah terjadinya perubahan suhu yang terlalu cepat sehingga menimbulkan gangguan di pembuluh darah otak.

Kedua informasi tersebut dibantah oleh Prof. Thanh Phan, ketua penelitian neuroscience di Monash Health. Beliau menyatakan bahwa mayoritas stroke terjadi akibat sumbatan pembuluh darah otak, dimana sumbatan tersebut berasal dari jantung atau pembuluh darah besar. Tidak ada cukup bukti untuk mengaitkan dengan urutan mandi (dari kepala atau kaki dulu). Prof. Bruce Campbell, ketua konsil klinis stroke foundation juga membantah informasi tersebut, beliau menyatakan saat ini belum ada bukti yang mengaitkan mandi dengan stroke.

Ketika hendak mencari informasi lebih jauh, hasil penelusuran di internet membuahkan informasi yang sangat terbatas terkait hal ini. Terdapat laporan kasus serial mengenai hubungan stroke dan mandi air dingin yang dipublikasi di India tahun 2014. Kasus pertama adalah laki-laki 73 tahun yang berenang di danau dengan suhu 6oC kemudian mengalami stroke iskemik. Kasus kedua adalah laki-laki 48 tahun yang mandi jam 6 pagi dengan air bersuhu sekitar 14oC yang juga kemudian mengalami stroke iskemik.

Hasil pemeriksaan mandapatkan bahwa pada kedua kasus tersebut didapatkan adanya atrial fibrilasi saat rekam jantung. Menjadi pertanyaan apakah atrial fibrilasi yang muncul diakibatkan oleh paparan mandi air dingin, atau memang sudah ada sebelumnya. Hal ini tidak bisa dibuktikan dan penulis mengungkapkan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan sebab-akibat diantaranya.

Terdapat 1 publikasi lagi terkait stroke dan mandi, yaitu suatu penelitian yang dipublikasi oleh peneliti Jepang tahun 2017. Suatu penelitian retrospektif yang melibatkan 1939 pasien. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan sebab-akibat antara mandi dan kejadian stroke.

Berdasarkan data yang ada saat ini, paparan air dingin yang mendadak dan suhu ekstrim belum terbukti sebagai suatu faktor risiko terjadinya stroke. Namun, sebaiknya kita tidak menutup mata terhadap hipotesis mekanisme mengenai peningkatan beban kerja jantung dan peningkatan tekanan darah mendadak yang bisa menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskular dan berujung mengakibatkan stroke. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menarik suatu kesimpulan, karena data yang ada saat ini masih sangat sedikit.

Terakhir Diperbaharui : 23 Juli 2022

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here