Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terhenti atau berkurang akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Sebagian besar kasus stroke yang terjadi adalah stroke penyumbatan. Pengobatan stroke penyumbatan melibatkan strategi yang bertujuan untuk mengembalikan aliran darah ke otak dan mencegah kejadian berulangnya stroke.
Untuk mengembalikan aliran darah ke otak, terapi yang bisa dilakukan adalah trombolisis dan trombektomi mekanis. Sedangkan terapi untuk mencegah kejadian berulang stroke yang umum dilakukan adalah konsumsi obat-obatan antiplatelet atau antikoagulan. Untuk mempermudah pemahaman masyarakat, obat ini lazim disebut sebagai obat-obatan pengencer darah. Obat-obatan in bekerja dengan cara mengurangi pembekuan darah dan mencegah penyumbatan lebih lanjut pada pembuluh darah.
Jenis Obat-obatan Pengencer Darah yang Umum Dikonsumsi
Antiplatelet
Antiplatelet adalah obat yang bekerja dengan cara mencegah sel keping darah (trombosit) untuk saling menempel, sehingga tidak membentuk gumpalan darah.
- Aspirin: obat ini merupakan antiplatelet yang paling umum digunakan. Aspirin dapat mengurangi risiko stroke iskemik dan serangan jantung.
- Clopidogrel: obat ini merupakan alternatif untuk aspirin, terutama pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau memiliki riwayat ulkus peptikum.
- Ticagrelol: obat ini tergolong baru dan relatif jarang digunakan. Akan tetapi beberapa penelitian terbaru menunjukkan ticagrelol memiliki manfaat yang lebih baik dibandingkan aspirin dan clopidogrel dalam pencegahan stroke.
- Cilostazol: obat ini selain memiliki efek antiplatelet, juga dapat meningkatkan aliran darah melalui vasodilatasi dan memiliki efek antiinflamasi.
Antikoagulan
Antikoagulan adalah obat yang mengurangi pembentukan bekuan darah dengan mempengaruhi proses koagulasi. Beberapa contoh antikoagulan yang digunakan dalam pengobatan stroke meliputi :
- Warfarin: obat ini merupakan antikoagulan oral yang telah lama digunakan dalam pengobatan stroke. Warfarin menghambat pembentukan faktor pembekuan darah, sehingga mengurangi risiko pembentukan bekuan.
- Dabigatran, rivaroxaban, apixaban, dan edoxaban: obat-obatan ini merupakan antikoagulan oral yang lebih baru dan sering disebut sebagai antikoagulan oral langsung (DOACs). Mereka memiliki profil risiko dan manfaat yang serupa dengan warfarin, tetapi dengan pengawasan yang lebih sederhana dan interaksi obat yang lebih sedikit.
Bagaimana Risiko Konsumsi Obat-obatan Pengencer Darah ?
Manfaat dan Risiko Penggunaan Obat Pengencer Darah: Penggunaan obat pengencer darah dapat mengurangi risiko komplikasi seperti stroke berulang, serangan jantung, dan kematian. Namun, penggunaan obat-obatan ini juga memiliki risiko, terutama perdarahan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko sebelum memulai pengobatan, serta memonitor pasien secara teratur untuk mendeteksi potensi efek samping dan mengoptimalkan pengobatan.
Risiko perdarahan dapat bervariasi tergantung pada obat yang digunakan, dosis, dan kondisi pasien. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko perdarahan meliputi usia lanjut, riwayat perdarahan sebelumnya, penyakit ginjal, dan interaksi dengan obat-obatan lain. Oleh karena itu, penting bagi dokter dan pasien untuk bekerja sama dalam memilih obat pengencer darah yang paling sesuai dan mengawasi efek samping secara ketat.
Kapan Obat-obatan Pengencer Darah Mulai diminum ?
Pada umumnya, dokter akan menganjurkan pasien untuk sesegera mungkin minum obat-obatan pengencer darah. Mengingat masing-masing pengencer darah memiliki fungsi dan keunggulannya masing-masing, dokter akan memilih obat-obatan berdasarkan pertimbangan jenis stroke dan kondisi pasien secara umum. Tidak jarang pada kasus-kasus tertentu, dokter menyarankan untuk mengonsumsi dua jenis obat pengencer darah secara berbarengan. Segera konsultasikan kondisi anda kepada dokter spesialis neurologi/saraf terdekat jika anda mengalami gejala stroke.
Terakhir diperbaharui : 17 September 2022
[…] Peran Penting Obat-obatan Pengencer Darah pada Pasien Stroke […]