Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kecacatan dan kematian yang tinggi di Indonesia. Stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke penyumbatan pada pembuluh darah otak dan pecahnya pembuluh darah otak.
Secara garis besar, stroke memiliki ciri-ciri yaitu kelemahan separuh tubuh pada tangan atau kaki, bibir mencong, bicara pelo atau cadel, wajah tidak simetris, kesemutan separuh tubuh, bahkan pasien dengan gejala berat dapat memiliki gejala tidak sadar.
Sekitar 80% stroke yang terjadi adalah stroke dengan penyumbatan darah otak, dimana penyebab terjadinya dari sumbatan di pembuluh darah di otak itu antara lain penyakit kencing manis (diabetes melitus), darah tinggi (hipertensi), kadar lemak dalam darah yang tinggi (kolesterol atau dislipidemia), merokok, dan alkoholisme.
Baca Juga : Deteksi Dini Gejala Stroke
Selain itu, dari beberapa penelitian terbaru menyatakan bahwa mengorok dapat meningkatkan risiko terjadinya suatu stroke iskemik (stroke penyumbatan pada pembuluh darah otak). Secara definisi kebiasaan mengorok (Habitual snoring) adalah mengorok yang terjadi lebih dari tiga malam dalam waktu seminggu. Mengorok ini didapatkan pada sekitar 33% dari populasi umum.
Bukti dari studi terbaru menyatakan bahwa mengorok dapat disebabkan dan memiliki hubungan dengan penyakit darah tinggi, kencing manis, sindroma metabolik (sindroma gabungan penyakit kencing manis, darah tinggi, kadar lemak tinggi dalam darah, dan ukuran lingkar perut yang besar).
Mengorok merupakan suatu kelainan tidur yang paling sering ditemukan pada usia dewasa muda. Mengorok dapat terjadi karena adanya suatu getaran dari jaringan lunak pada saluran nafas atas. Getaran ini terjadi karena lidah terjatuh ke belakang sehingga menutupi saluran nafas yang nantinya akan mengetarkan jaringan lunak terutama pita suara pada saluran nafas atas.
Mengorok sendiri derajatnya bervariasi dari ringan, sedang, berat yang bahkan sampai menimbulkan nafas berhenti sementara. Dalam dunia medis, hal ini disebut dengan obstructive sleep apnea (OSA).
Baca Juga : Apakah Mandi Air Dingin pada Malam Hari Meningkatkan Risiko Stroke?
Saat ini telah ditemukan adanya hubungan antara mengorok dengan terjadinya suatu stroke, dimana mengorok dapat meningkatkan risiko stroke sebesar 40% tergantung derajat keparahan dari mengorok itu sendiri. Mengorok dapat meningkatkan risiko stroke diperkirakan karena adanya suatu sumbatan pada jalan nafas bagian atas yang terjadi secara berulang-ulang dan lama sehingga menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang.
Pasien dengan OSA memiliki faktor risiko tertinggi untuk menjadi stroke yang mencapai sekitar 46%. Oleh sebab itu perlu adanya suatu penanganan khusus untuk pasien-pasien yang mengorok berat (OSA) sehingga kejadian stroke penyumbatan dapat dicegah.
Lalu bagaimana cara anda mengetahui jika anda menderita OSA atau mengorok yang parah? Cara termudah adalah bertanya kepada pasangan tidur anda, apakah ketika anda tidur dan nafas anda sering berhenti dan menyebabkan anda bangun dari tidur? Bila iya, segera periksakan diri anda ke dokter saraf atau bila memungkinkan periksa ke dokter saraf/neurologi bagian gangguan tidur.
Terakhir Diperbaharui : 1 Juli 2024